SOLO, MUHAMMADIYAHSOLO.COM—ITS PKU Muhammadiyah Solo mengadakan Salat Iduladha, 10 Dzulhijjah, 1445 H di halaman parkir kampus setempat, Senin (17/6/2024). Kegiatan salat diikuti sekitar 1.000 jamaah yang berasal dari civitas akademika maupun warga sekitar.
Humas ITS PKU, Teguh Wahyudi, mengatakan kegiatan salat di bawah koordinasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Solo dengan Imam dan Khotib Puryadi Ikhsan Wiharjo. “Alhamdulillah kegiatan berjalan dengan baik, jamaah sangat antusias. Ini terlihat dari membeludaknya jamaah di halaman parkir,” ujar Teguh.
Pihaknya berharap kegiatan tersebut dapat sekaligus memberikan sosialisasi keberadaan Amal usaha Muhammadiyah yang dapat digunakan untuk kegiatan masyarakat umum. “Semoga ini menjadi syiar, di mana ITS PKU Muhammadiyah menjadi kampus Islami yang mampu melayani jamaahnya dengan baik,” imbuh Teguh.
Teladani Nabi
Sementara itu, Puryadi Ihksan Wiharjo dalam kotbahnya mengajak jamaah untuk meneladani kisah Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim, imbuhnya, diuji kecintaannya kepada Allah sehingga menumbuhkan generasi untuk semangat berkurban. “Dari Nabi Ibrahim AS, kita belajar bahwa kecintaan kepada Allah SWT lebih besar dari apapun,” ujarnya.
Dia menguraikan terdapat empat pelajaran untuk mengembangkan kepemimpinan dalam berbangsa dan bernegara. Pertama, yaitu dengan berhusnudzon kepada Allah. Menurutnya, banyak manusia yang sengsara bukan karena sedikitnya nikmat, tetapi karena sedikitnya husnudzon dengan Allah. “Dalam hadis dikatakan bahwa Allah itu tergantung prasangka hambanya,” ujarnya.
Baca Juga: Rektor ITS PKU Muhammadiyah Raih Penghargaan sebagai Pimpinan PTS Terbaik
Kedua, mencari rezeki yang halal. Dia mencontohkan perjuangan Siti Hajar yang mempertahankan hidup dari bukit Sofa ke bukit Marwah. “Dapat ditarik makna bahwa manusia harus bersungguh-sungguh dan bekerja keras dalam menjemput rezeki yang halal,” ucapnya.

Ketiga, berkurban untuk Allah SWT. Puryadi mengatakan pengobranan Nabi Ibrahim untuk menyembelih Nabi Ismail dalam berlomba-lomba mendapatkan cinta dan kasihnya Allah SWT. Terakhir, pelajaran yang dapat diambil adalah dalam mendidik keluarga.
“Nabi Ismail tidak menjadi pribadi yang sabar kalau tidak mendapatkan pengajaran dari Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Seorang anak membutuhkan proses yang panjang, dan melibatkan peran orangtua yang besar,” pungkasnya.