Rapat kerja nasional (Rakornas) calon sekolah/madrasah Muhammadiyah unggul berlangsung selama tiga hari mulai tanggal 23 sampai 25 November 2024 di Pusdiklat Kemedikbud Depok disambut dengan sangat antusias oleh pimpinan sekolah maupun pimpinan Majelis Pendidikan Dasar, Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM). Antusiasme peserta dari kehadiran mereka sebelum hari pelaksanaan dan terus bertambah jumlah peserta yang ingin hadir. Membaca fenomena ini secara selintas, bisakan ditafsirkan sebagai gejala kebangkitan kembali sekolah/madrasah Muhammadiyah?
Apabila pandangan ini benar, tentu suatu sinyal positif untuk pendidikan Indonesia. Bangkitnya sekolah/madrasah Muhammadiyah sesungguhnya sama dengan kebangkitan pendidikan Indonesia. Hal ini terjadi karena keberadaan sekolah/madrasah Muhammadiyah tersebar merata ke seluruh pelosok Tanah Air dengan menjangkau seluruh struktur sosial masyarakat mulai dari mereka yang berada di lapisan bawah, lapisan menengah, maupun lapisan atas.
Tentu semangat kehadiran mereka bukan karena ingin mendengar ceramah dari para narasumber. Bukankah hal itu bisa didengarkan melalui chanel youtube? Kehadiran mereka karena dorongan kuat untuk menjadikan sekolah/madrasah Muhammadiyah yang dipimpin atau diselenggarakan benar-benar menjadi sekolah unggul yang seunggul-unggulnya, memperoleh predikat keunggulan utama/paripurna. Keunggulan utama ditandai dengan tata kelola sekolah, kualitas pembelajaran, kualitas layanan, dan prestasi sekolah yang mampu menembus level internasinal.
Perlu digarisbawahi bahwa kata unggul yang menempel dalam konsep sekolah unggul bersifat dinamis dan prismatis. Keunggulan bersifat dinamis artinya terus tumbuh, tidak mengenal kata final, karena hakikat keunggulan adalah suatu proses terus-menerus yang berkelanjutan. Keunggulan bersifat prismatis artinya capaian keunggulan suatu sekolah meliputi banyak wajah, laksana suatu prisma yang di setiap sudutnya memancarkan cahaya keunggulan.
Reposisioning sekolah Muhammadiyah
Sedikit kita tengok ke belakang, awal tahun 2000-an tidak sedikit sekolah /madrasah Muhammadiyah mengalami krisis yang ditandai dengan merosotnya jumlah siswa secara secara signifikan. Krisis ini muncul karena ketidakmampuan sebagian besar sekolah Muhammadiyah dalam beradaptasi dengan dinamika Masyarakat. Di sebelah lainnya, secara eksternal muncul sekolah Islam model baru yang lebih menjanjikan masa depan dan tidak bijaknya pemerintah dengan mendirikan unit sekolah baru di daerah-daerah yang sudah berdiri sekolah Muhammadiyah.
Di tengah krisis ini muncul prakarsa dari sejumlah aktivis Muhammadiyah di berbagai daerah untuk mencoba mencari alternatif sekolah model baru yang lebih diminati oleh masyarakat. Manifestasi dari munculnya sekolah Muhammadiyah model baru dapat di lihat dari muncul kata sifat yang mengiringi nama Muhammadiyah; SD Muhammadiyah Program Khusus (PK), SD Muhammadiyah Terpadu, SMP Muhammadiyah Plus, SMP Muhammadiyah Ahmad Dahlan (Muad) dan seterusnya untuk menyebut beberapa nama yang terkemuka.
Sekolah/madrasah Muhammadiyah yang umumnya lahir awal tahun 2000an saat ini, setelah berjalan lebih dari 20 tahun, sudah tumbuh dan berkembang sedemikian rupa sehingga memiliki akar dan pelanggan yang kuat di masyarakat. Sekolah-sekolah Muhammadiyah model baru inilah yang belakangan ini mewarnai kebangkitan sekolah Muhammadiyah. Di samping sekolah model baru, bangkitnya sekolah Muhammadiyah juga dikerek oleh sekolah model lama yang di-upgrade dan dimodifikasi sehingga tidak kalah dengan sekolah model baru.
Bangkitnya sekolah Muhammadiyah juga dapat dibaca sebagai upaya repositioning. Repositioning dapat dipahami sebagai pembalikan atau peggeseran posisi dari sebelumnya sekolah pilihan kedua (mediocare), para siswa datang mendaftar ke sekolah Muhammadiyah setelah tidak diterima di sekolah negeri. Kehadiran sekolah Muhammadiyah model baru membalikkan itu, siswa lebih memilih sekolah/madrasah Muhammadiyah ketimbang sekolah swasta maupun swasta.
Terjadinya repositioning dan pembalikan posisi sekolah Muhammadiyah bernilai sangat strategis dalam rangka menyiapkan generasi emas anak-anak Indonesia. Ketika kehadiran sekolah negeri di suatu daerah sudah memadai, bahkan berlebih ditandai dengan kesulitan sekolah mencari siswa baru, maka kontribusi sekolah Muhammadiyah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa bukan lagi pada sisi kuantitatif, tetapi lebih pada kontribusi kualitatif. Bentuk kontribusi kualitatif adalah menghadirkan sekolah-sekolah unggul yang melayani siswa dengan prima.
Kontribusi Kualitatif
Kontribusi kuantitatif Muhammadiyah masih bernilai strategis untuk daerah-daerah dimana kehadiran sekolah negeri masih minim, angka partisipasi kasar penduduk dalam pendidikan masih rendah. Dengan demikian kontribusi Muhammadiyah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyiapkan generasi emas anak Indonesia bisa dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan kondisi daerah dan wilayahnya masing-masing.
Keberadaan sekolah Muhammadiyah di daerah yang di situ sudah berjubel sekolah negeri/pemerintah dan diramaikan dengan kehadiran sekolah-sekolah swasta lain harus berkontribusi secara kualitatif. Keberadaan sekolah Muhammadiyah dengan tampilan seadanya, yang penting berjalan, dan ketika mencari siswa kesulitan itu justru menjadi beban bagi pemerintah, bagi bangsa Indonesia, dan tentu saja menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi Muhammadiyah.
Dengan kata lain, seiring meningkatnya kemampuan pemerintah mendirikan unit sekolah baru, maka daerah-daerah yang mengalami kekurangan sekolah relatif berkurang, kecuali untuk daerah tertentu. Oleh karena itu peran yang diharapkan pemerintah dalam memajukan bangsa dan mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan menghadirkan sekolah-sekolah unggul yang mampu memberikan layanan prima dalam mendidik anak-anak sehingga mampu berkembang seluruh potensi (fitrah) secara optimal dan mampu menjadi warga negara yang kreatif, inovatif, dan produktif.
Tema Rakornas calon sekolah/madrasah unggul selama tiga hari ini adalah “Konsolidiasi dan Sinergi Menuju Sekolah Unggul yang Berkemajuan” mengandung keyakinan dan optimisme bahwa melalui konsolidasi seluruh kekuatan yang ada di persyarikatan dan menyinergikan kekuatan-kekuatan itu maka cita-cita untuk menghadirkan dan mewujudkan sekolah unggul yang berkemajuan di setiap kapupaten/kota, bahkan tingkat kecamatan, dapat terwujud.
Rakornas kali ini diharapkan dapat menjadi wahana silaturahmi dan memberikan energi baru keunggulan dalam rangka menaikkan rasa percaya diri para pimpinan sekolah dan Majelis Dikdasmen bahwa brand nama Muhammadiyah terlalu murah kalau sekadar menjadi alat mencari nafkah, sekadar untuk mencari penghidupan dan jabatan. Ikhwal kehadiran sekolah Muhammadiyah untuk menghadirkan kegembiraan dan kemajuan laksana elang yang terus terbang mengepakkan sayap keunggulan ke seluruh penjuru dunia di bawah terang sinar matahari.
Penulis adalah Ketua Majelis Pendidikan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Solo