SURAKARTA – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menegaskan perannya sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan di tingkat internasional dengan menjadi tuan rumah Marketing Asia Group (MAG) Scholar Conference 2025. Kegiatan yang digelar di Gedung Edutorium K.H. Ahmad Dahlan pada Minggu (23/11) ini mempertemukan para akademisi dari berbagai perguruan tinggi di kawasan Asia.
Memasuki hari kedua konferensi, salah satu sesi yang paling menyita perhatian diisi oleh Professor Ramayah Thurasamy, akademisi terkemuka dari Universiti Sains Malaysia (USM) sekaligus Editor-in-Chief Asian Academy of Management Journal. Dengan pengalaman panjang di bidang bisnis dan manajemen, Ramayah hadir membagikan perjalanan karier serta perkembangan mutakhir dalam riset kuantitatif global.
“Saya bergabung dengan USM pada tahun 1990. Mereka tidak mau mempekerjakan saya saat itu. Sekarang mereka tidak mau melepaskan saya. Itulah sejauh mana saya telah berkembang,” ungkapnya, yang disambut apresiasi peserta.
Dalam materinya, Ramayah menekankan bahwa fondasi riset kuantitatif terletak pada penggunaan teori yang tepat. Kesalahan dalam memilih teori, menurutnya, akan berdampak langsung pada kualitas hasil penelitian.

“Jika teori-teori tersebut salah, penelitian kuantitatif mengalami kesalahan besar. Anda tidak boleh sekadar melewati studi Anda. Anda akan salah jika menggunakan teori yang salah,” tegasnya.
Ia menjelaskan perkembangan terbaru dalam metodologi survei kuantitatif global—mulai dari perumusan teori, pengukuran, hingga teknik pengumpulan data. Menurutnya, standar riset internasional kini semakin menuntut pembaruan konsep teoretis, instrumen penelitian, dan teknik analisis yang lebih valid.
Ramayah juga menyoroti masih banyaknya penelitian yang ditolak di jurnal internasional karena penggunaan teori yang tidak sesuai atau metode analisis yang sudah tidak relevan. Salah satu kritiknya tertuju pada penggunaan Cronbach’s Alpha sebagai uji reliabilitas.
“Cronbach’s Alpha sudah bertahun-tahun lalu dan sudah banyak dikritik,” ujarnya.
Sebagai solusi, ia memperkenalkan McDonald’s Omega yang dinilai lebih akurat dan telah tersedia pada perangkat analisis seperti SPSS. Ia mendorong para peneliti di Asia, termasuk Indonesia, untuk mulai beralih ke metode reliabilitas yang lebih mutakhir.
Selain itu, Ramayah juga mengulas berbagai kesalahan umum dalam penelitian kuantitatif—seperti penggunaan skala yang tidak tepat, ketergantungan berlebih pada p-value, serta lemahnya pemahaman dasar metodologi riset di kalangan peneliti pemula.
Ia menilai penyelenggaraan MAG Scholar Conference 2025 di UMS menjadi momentum penting untuk membuka peluang kolaborasi antara akademisi Indonesia dengan peneliti dan praktisi bisnis dari berbagai negara.
Konferensi ini diharapkan semakin memperkuat ekosistem riset di Asia Tenggara, sekaligus menjadi ruang bagi para peneliti untuk memperbarui pemahaman dan metode riset agar selaras dengan standar global.(Roselia)




























