Donohudan, MUHAMMADIYAHSOLO.COM. Sebagai upaya mengokohkan peran strategis Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Muhammadiyah Daerah (PDM) Kota Solo menggelar dialog Ideopolitor (Ideologi, Politik dan Organisasi) yang diselenggarakan di Asrama Haji Donohudan Boyolali, Sabtu-Ahad (4-5/11/2023).
Sejumlah 182 peserta dari UPP (unit pembantu pimpinan) di lingkungan PDM Kota Solo terdaftar sebagai peserta dalam dialog ini. Mereka berasal dari berbagai unsur pimpinan majelis, anggota majelis, lembaga dan Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah.
Ketua Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) PDM Kota Solo, Suyanto, mengatakan tujuan kegiatan ini untuk penguatan dari sisi ideologi, politik, dan organisasi bagi lembaga dan pimpinan Muhammadiyah, khusus untuk kepengurusan di periode 2023-2027.
“Digelarnya acara ini juga sebagai konsolidasi Pimpinan Muhammadiyah di semua level agar terbuka wawasan dan pikirannya terkait perkembangan dalam dinamika politik. Sekarang ini merupakan era sangat dinamis sehingga pimpinan Muhammadiyah segera merespon setiap perubahan,” ujarnya saat memberikan sambutan pada acara pembukaan dialog Ideopolitor tersebut.
Mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Kota Solo ini menambahkan acara dialog Ideopolitor juga berkaitan dengan penguatan keorganisasian secara struktural. Sekarang ini yang menjadi arus utama kegiatan persyarikatan di Kota Solo adalah memperkuat tiga pilar, masing-masing penguatan ranting, cabang, dan masjid. Menurutnya, tiga pilar ini menjadi arah baru untuk dikembangkan. “Ranting dan cabang bisa berdaya serta masjid yang menjadi ruh Muhammadiyah agar bangkit untuk mewujudkan visi dan misi Muhammadiyah,” ungkapnya.
Suyanto berharap semua peserta mulai menata diri dan berbenah serta segera konsolidasi mengatur langkah-langkah dan program yang memang sebagai wujud menumbuhkembangkan Muhammadiyah lebih konkrit di ranting. “Ideopolitor difokuskan penguatan tiga hal baik ideologi politik dan organisasi yang akan diteruskan ke cabang dan ranting. Kita akan mengadakan kegiatan serupa di level cabang dan ranting. Maka harapan kami, semua lembaga dan ortom di tingkat daerah untuk segera konsolidasi internal,” jelasnya.
Tak Bisa Lepas
Ketua MPKSDI Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Bachtiar Dwi Kurniawan, saat hadir sebagai pemateri menyampaikan materi tentang ideologi dan visi kebangsaan Muhammadiyah menghadapi tahun politik. Ia mengawali dengan menjelaskan makna istilah ideologi berdasarkan hasil Muktamar Muhammadiyah ke-37 tahun 1968. Ideologi adalah keyakinan hidup Muhammadiyah.
Kepada peserta dialog Ideopolitor, Bachtiar menyampaikan Muhammadiyah tidak bisa lepas dari politik. Hal itu berdasarkan empat alasan. Pertama, warga Muhammadiyah adalah makhluk politik. Kedua, Muhammadiyah adalah gerakan dakwah amar maruf nahi munkar dalam proses dakwahnya tentu tidak milih-milih. Ketiga, sumber daya manusia Muhammadiyah menjadi magnitute atau daya tarik politik yang besar saat pemilihan umum. Keempat, Muhammadiyah dalam batas-batas tertentu membutuhkan kanal politik yang digunakan sebagai wadah aspirasi politik.
Sejalan dengan hal itu, Bachtiar mengatakan dilihat dari sejarahnya, Muhammadiyah memiliki berbagai strategi perjuangan politik. Strategi tersebut antara lain, pertama, Muhammadiyah terlibat aktif menjadi kekuatan politik kenegaraan. Ini seperti yang terjadi pada masa era demokrasi parlementer ketika Muhammadiyah menjadi kekuatan politik partai Masyumi. Kedua, Muhammadiyah menghimpitkan kepentingannya dengan kekuatan politik tertentu. Hal ini dapat dilihat pada awal orde baru.
Bachtiar juga menambahkan strategi politik Muhammadiyah yang ketiga, menjaga jarak yang sama dengan kekuatan politik manapun. Hal inilah yang dilakukan ketika Muhammadiyah di era orde baru. Keempat, liberalisasi politik, hal ini berarti Muhammadiyah secara sadar membiarkan warga Muhammadiyah untuk memasuki kekuatan politik manapun. Dampaknya adalah organisasi otonom, amal usaha bisa dimasuki oleh kepentingan-kepentingan politik, ini terjadi saat reformasi.
Risalah Islam Berkemajuan
Sementara itu, Bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Sofyan Anif, menyampaikan materi berupa Manhaj Risalah Islam Berkemajuan. Sofyan Anif menyampaikan Islam berkemajuan itu Islam yang teologis merupakan refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberasi, dan humanisasi sebagaimana tersirat dalam Ali Imron ayat 104 dan 110 yang menjadi inspirasi kelahiran Muhammadiyah. “Mengajak kebaikan itu humanisasi, mengajak untuk meninggalkan yang mungkar itu liberasi,” ungkapnya.
Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ini menegaskan cita-cita hidup Muhammadiyah adalah membangun masyarakat Islam yang sesungguhnya berdasarkan Al-Quran dan Assunah. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah khaira ummah atau umat terbaik yang memiliki posisi dan peran umatan wasathan (umat tengahan) dan syuhada ala al-nas (pelaku sejarah) dalam kehidupan manusia.
“Islam yang berkemajuan merupakan konsep yang melibatkan perkembangan agama Islam (muamalah). Mencakup pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah Islam dan penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kemajuan dalam segala dimensi kehidupan baik rohani maupun materi. Inilah yang kemudian oleh Muhammadiyah diistilahkan dengan istilah Islam Berkemajuan,” ungkapnya.
Lima ciri utama Islam Berkemajuan dipaparkan Sofyan Anif meliputi pertama, berlandaskan tauhid. Menurut Muhammadiyah tauhid bukan sekadar keyakinan, melainkan tauhid yang punya implikasi bagi kehidupan sosial dan alam semesta. Kedua, kembali kepada Al-Quran dan Sunnah Nabi. Pemaknaannya tidak hanya tekstual tetapi juga dimensi logika pengetahuan dan teknologi. Ketiga, menghidupkan ijtihad dan tajdid. Keempat, mengembangkan paham wasatiyah, menjadi umat tengahan. Kelima, sifat rahmatan lil alamin, sifat ini ditunjukan kepada siapa saja tanpa membeda-bedakan latar belakang, perbedaan agama, dan kepada lingkungan.
“Pemimpin Muhammadiyah di setiap level harus berkarakter progresif,” ungkapnya. Pada akhir acara, Sofyan Anif mengajak kepada semua aktivis Muhammadiyah untuk memperkuat akar rumput seperti cabang dan ranting. “Ruh Muhammadiyah adalah pengajian. Maka perlu digalakkan pengajian di ranting. Ranting itu penting. Kedua, masjid, maka dakwah berbasis masjid,” tandasnya.
Selain dua tokoh persyarikatan di atas, ada tiga tokoh lain yang menjadi pemateri dalam dialog Ideopolitor tersebut. Mereka antara lain Ketua PDM Kota Solo, Kiai Anwar Sholeh, Sekretaris PDM, Rochani, serta Ketua Majlis PKU Muhammad Da’i. Kiai Anwar menyampaikan materi tentang Arah Kebijakan Muhammadiyah Kota Solo. Rochani menyampaikan materi tentang Visi, Misi dan Strategi Pelaksanaan Program Kerja di PDM Kota Solo. Sedangkan Muhammad Da’I menjelaskan tentang KPI atau key performance indicator Program Kerja PDM. Secara prinsip, ketiga pengurus teras PDM Kota Solo ini menyampaikan benang merah yang sama. Bahwa PDM Kota Solo pada program lima tahun ke depan akan mengusung konsep keunggulan dalam pengelolaan organisasi. Program ini sesuai dengan periodisasi program jangka jangka yang telah ditetapkan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pada periode lima tahun hasil Muktamar Muhammadiyah ke-48 ini, persyarikatan memfokuskan pada program tiga isu penting, antara lain, pertama, terciptanya seluruh elemen sistem gerakan Muhammadiyah yang unggul. Kedua, terciptanya kondisi dan faktor-faktor pendukung terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Ketiga, berkembangluasnya peran strategis Muhammadiyah dalam kehidupan umat, bangsa dan dinamika global.
Ketiga tokoh tersebut, pada sesi terpisah, mengemukan beberapa program unggulan yang akan dijalankan selama lima tahun ke depan, berikut indikator-indikator keberhasilan yang telah dirumuskan. Mereka juga menjelaskan strategi dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. “Karena sudah ada RIB (Risalah Islam Berkemajuan), maka setiap pimpinan di Muhammadiyah wajib menjalankan program berkemajuan di setiap kehidupan, baik di bidang pendidikan, kesehatan, tabligh dan sebagainya, ujar Kiai Anwar. Dalam lima tahun ke depan, jelasnya, Muhammadiyah harus bisa mencapai target yang telah diputuskan dalam Musyawarah Daerah (Musda) Muhammadiyah Kota Solo baik di ranah amal usaha, pimpinan daerah hingga ranting, unsur pembantu pimpinan, hingga Ortom di lingkup persyarikatan Muhammadiyah.