Awal Oktober 2024, saya mengikuti pelatihan Jurnalisme Lingkungan yang diselenggarakan secara kolaboratif oleh GreenFaith Indonesia, Tempo Institute dan 1000 Cahaya di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta Pusat. Isu lingkungan dan perubahan iklim merupakan masalah global yang tidak mengenal batas agama dan negara. Krisis lingkungan dan iklim akan mengancam kehidupan bersama. Sehingga, tindakan kolektif dari seluruh elemen masyarakat diperlukan tanpa terkecuali.
Saya diundang mewakili media Muhammadiyahsolo.com untuk bertemu dalam satu forum bersama para pegiat media lain. Isu lingkungan menjadi isu utama agenda penguatan kemampuan dalam menulis narasi isu lingkungan dalam perspektif agama. Menulis narasi lingkungan sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat terkait dampak perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Ini sebagai upaya membangun kesadaran kolektif untuk membiasakan perilaku ramah lingkungan dan gaya hidup berkelanjutan di masyarakat.
Isu lingkungan ini penting, sebab, manusia hidup menetap dan tak terlepas dari lingkungan hidupnya. Lingkungan merupakan tempat manusia menggantungkan hidup. Seperti tempat tinggal, tempat sumber makan, hingga menjadi sarana untuk beraktivitas sehari-hari sehingga kita perlu memastikan kelestarian lingkungan sehat dan berkelanjutan ke depannya.
Dalam salah satu sesi pertemuan pelatihan, kami disuguhkan data-data hasil riset dan survei terkait lingkungan yang dipaparkan oleh fasilitator. Ketika disajikan data jawaban atas pertanyaan, apakah pemanasan global membahayakan diri sendiri/keluarga/lingkungan sekitar/Indonesia/generasi masa depan/ serta flora dan fauna? Tersaji hasil persentase yang menyatakan pemanasan global sangat membahayakan bagi Indonesia (27%), flora & fauna (30%), generasi di masa depan (31%), keluarga (20%), lingkungan sekitar (21%), dan diri sendiri (19%).
Sementara data survei yang dilakukan Populix (2023) kepada 1000 responden berusia 17-39 tahun di kota besar dan kecil menunjukkan isu lingkungan yang mendesak ditangani antara lain polusi udara, pengelolaan sampah, antisipasi banjir, kerusakan tanah, polusi air dan kelangkaan air bersih. Melihat isu dan angka survei di atas, maka sangat dibutuhkan adanya gerakan edukasi dan upaya membangun kesadaran kolektif seluruh elemen masyarakat tanpa terkecuali.
Membangun Kesadaran Kolektif
Mencermati fenomena perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, perlu ada upaya edukasi untuk membangun kesadaran kolektif. Untuk membangun kesadaran tersebut, diperlukan upaya terobosan yang kreatif dari pendidik maupun aktivis lingkungan. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, bisa menjadi media edukasi sekaligus alat bantu promosi bagi masyarakat dalam kampanye kelestarian lingkungan.
Menarik saat saya mengikuti pelatihan jurnalistik lingkungan ini. Kami mendapatkan data bahwasannya mayoritas masyarakat memiliki cara pandang tentang kewajiban moral menjaga lingkungan bersifat konservatif. Data menunjukkan bahwa 9 dari 10 orang Indonesia (93 % -97 %) memiliki worldview konservatif. Cara pandang nilai konservatif dalam menjaga lingkungan contohnya seperti menjaga lingkungan adalah sebagian dari iman, menjaga lingkungan demi keutuhan tanah air, menjaga lingkungan untuk keselamatan keluarga dan menjaga lingkungan demi mencegah bencana.
Cara pandang ini tentu benar. Namun, bagi kalangan generasi Z dan Alpha, sangat diperlukan cara penyajian narasi isu lingkungan dengan segar dan kreatif. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, penyajian isu dan narasi kelestarian lingkungan bisa lebih diterima mereka. Narasi yang disajikan sesuai dengan karakteristik mereka, hal ini akan jauh dari kesan bahwa isu lingkungan bersifat konseptual dan teoretis.
Bagi generasi Z dan Alpha lahir di tengah kemajuan teknologi informasi. Generasi Z tumbuh di masa transisi digital dan beradaptasi menggunakan teknologi untuk mendorong perubahan dengan pendekatan realistis. Mereka juga sangat terbuka terhadap isu-isu lingkungan dan keberlanjutan hidup. Sementara generasi Alpha yang lahir setelah tahun 2010, sepenuhnya lahir dalam perkembangan digital, dan teknologi merupakan bagian alami dari hidup mereka. Sehingga, efektif menjadi media edukasi dan alat kampanye isu lingkungan dengan pengunaan teknologi.
Mari, bersama kita bahu membahu menyelamatkan lingkungan dengan budaya dan gaya hidup berkelanjutan serta mendorong anak-anak muda ikut berperan aktif dalam pelestarian lingkungan demi masa depan bumi kita. Pendekatan kampanye kelestarian lingkungan dengan teknologi, berpeluang mendorong generasi muda paham dan mau terlibat aktif. Semoga!