• About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Berkemajuan
  • Home
    • Home – Layout 1
    • Home – Layout 2
    • Home – Layout 3
    • Home – Layout 4
    • Home – Layout 5
  • News
    Perguruan Muhammadiyah Kottabarat Luncurkan Tiga Buku Kiai Marpuji Ali

    Perguruan Muhammadiyah Kottabarat Luncurkan Tiga Buku Kiai Marpuji Ali

    KSM Mattiro Deceng Dorong Edukasi Pengelolaan Sampah di Soppeng Lewat TPS 3R dan Media Sosial

  • Insight
    Peradaban dalam Gema: Ketika Lagu Menjadi Cermin 

    Peradaban dalam Gema: Ketika Lagu Menjadi Cermin 

    Dakwah Puritan Muhammadiyah di Perbatasan

    Dakwah Puritan Muhammadiyah di Perbatasan

    Redefinisi Hijrah Populer

    Redefinisi Hijrah Populer

    Apoteker Bukan Tukang Obat: Sudah Saatnya Kita Melek Farmasi!

    Apoteker Bukan Tukang Obat: Sudah Saatnya Kita Melek Farmasi!

    Kurban dan Pesan Kemanusiaan yang Tak Terbantahkan

    Kurban dan Pesan Kemanusiaan yang Tak Terbantahkan

    Sebuah Kisah Negara yang tidak ingin rakyatnya pintar

    Sebuah Kisah Negara yang tidak ingin rakyatnya pintar

  • Tajdid
    • All
    • Ekonomi
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    Fenomena Ustaz Cepat Saji: Lima Menit Ceramah, Seribu Kali Dibagikan

    Fenomena Ustaz Cepat Saji: Lima Menit Ceramah, Seribu Kali Dibagikan

    Zina yang Tak Lagi Haram dan Ditakuti

    Zina yang Tak Lagi Haram dan Ditakuti

    Peradaban dalam Gema: Ketika Lagu Menjadi Cermin 

    Peradaban dalam Gema: Ketika Lagu Menjadi Cermin 

    Kemerdekaan yang Timpang: Antara Merah Putih di Kota dan Perut Lapar di Desa

    Kemerdekaan yang Timpang: Antara Merah Putih di Kota dan Perut Lapar di Desa

    Antara Ekonomi Syari’ah dan Ekonomi Konvensional

    Antara Ekonomi Syari’ah dan Ekonomi Konvensional

    Cinta Rama dan Sinta dalam Cermin Eksistensialisme Kierkegaard: Antara Pengorbanan, Pilihan, dan Keabadianu

    Cinta Rama dan Sinta dalam Cermin Eksistensialisme Kierkegaard: Antara Pengorbanan, Pilihan, dan Keabadianu

    Trending Tags

    • Penelitian
    • Humaniora
    • Moderasi
    • Kabarmu
    • Risalah
  • Artikel
    Fenomena Ustaz Cepat Saji: Lima Menit Ceramah, Seribu Kali Dibagikan

    Fenomena Ustaz Cepat Saji: Lima Menit Ceramah, Seribu Kali Dibagikan

    Korupsi Bersarung Putih: Menelusuri Skandal yang Membungkus Agama

    Korupsi Bersarung Putih: Menelusuri Skandal yang Membungkus Agama

    Zina yang Tak Lagi Haram dan Ditakuti

    Zina yang Tak Lagi Haram dan Ditakuti

    Doa yang Tidak Pernah Dikabulkan: Hikmah di Balik Penantian

    Doa yang Tidak Pernah Dikabulkan: Hikmah di Balik Penantian

    Peradaban dalam Gema: Ketika Lagu Menjadi Cermin 

    Peradaban dalam Gema: Ketika Lagu Menjadi Cermin 

    Kemerdekaan yang Timpang: Antara Merah Putih di Kota dan Perut Lapar di Desa

    Kemerdekaan yang Timpang: Antara Merah Putih di Kota dan Perut Lapar di Desa

  • Infografis
  • Risalah
    Checkpoint Spiritual: Sholat Jumat dan Laki-Laki dalam Ritme Peradaban

    Checkpoint Spiritual: Sholat Jumat dan Laki-Laki dalam Ritme Peradaban

    Redefinisi Hijrah Populer

    Redefinisi Hijrah Populer

    Mengungkap Dua Al-Masih: Isa sang Penyelamat, Dajjal sang Pendusta

    Mengungkap Dua Al-Masih: Isa sang Penyelamat, Dajjal sang Pendusta

No Result
View All Result
  • Home
    • Home – Layout 1
    • Home – Layout 2
    • Home – Layout 3
    • Home – Layout 4
    • Home – Layout 5
  • News
    Perguruan Muhammadiyah Kottabarat Luncurkan Tiga Buku Kiai Marpuji Ali

    Perguruan Muhammadiyah Kottabarat Luncurkan Tiga Buku Kiai Marpuji Ali

    KSM Mattiro Deceng Dorong Edukasi Pengelolaan Sampah di Soppeng Lewat TPS 3R dan Media Sosial

  • Insight
    Peradaban dalam Gema: Ketika Lagu Menjadi Cermin 

    Peradaban dalam Gema: Ketika Lagu Menjadi Cermin 

    Dakwah Puritan Muhammadiyah di Perbatasan

    Dakwah Puritan Muhammadiyah di Perbatasan

    Redefinisi Hijrah Populer

    Redefinisi Hijrah Populer

    Apoteker Bukan Tukang Obat: Sudah Saatnya Kita Melek Farmasi!

    Apoteker Bukan Tukang Obat: Sudah Saatnya Kita Melek Farmasi!

    Kurban dan Pesan Kemanusiaan yang Tak Terbantahkan

    Kurban dan Pesan Kemanusiaan yang Tak Terbantahkan

    Sebuah Kisah Negara yang tidak ingin rakyatnya pintar

    Sebuah Kisah Negara yang tidak ingin rakyatnya pintar

  • Tajdid
    • All
    • Ekonomi
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    Fenomena Ustaz Cepat Saji: Lima Menit Ceramah, Seribu Kali Dibagikan

    Fenomena Ustaz Cepat Saji: Lima Menit Ceramah, Seribu Kali Dibagikan

    Zina yang Tak Lagi Haram dan Ditakuti

    Zina yang Tak Lagi Haram dan Ditakuti

    Peradaban dalam Gema: Ketika Lagu Menjadi Cermin 

    Peradaban dalam Gema: Ketika Lagu Menjadi Cermin 

    Kemerdekaan yang Timpang: Antara Merah Putih di Kota dan Perut Lapar di Desa

    Kemerdekaan yang Timpang: Antara Merah Putih di Kota dan Perut Lapar di Desa

    Antara Ekonomi Syari’ah dan Ekonomi Konvensional

    Antara Ekonomi Syari’ah dan Ekonomi Konvensional

    Cinta Rama dan Sinta dalam Cermin Eksistensialisme Kierkegaard: Antara Pengorbanan, Pilihan, dan Keabadianu

    Cinta Rama dan Sinta dalam Cermin Eksistensialisme Kierkegaard: Antara Pengorbanan, Pilihan, dan Keabadianu

    Trending Tags

    • Penelitian
    • Humaniora
    • Moderasi
    • Kabarmu
    • Risalah
  • Artikel
    Fenomena Ustaz Cepat Saji: Lima Menit Ceramah, Seribu Kali Dibagikan

    Fenomena Ustaz Cepat Saji: Lima Menit Ceramah, Seribu Kali Dibagikan

    Korupsi Bersarung Putih: Menelusuri Skandal yang Membungkus Agama

    Korupsi Bersarung Putih: Menelusuri Skandal yang Membungkus Agama

    Zina yang Tak Lagi Haram dan Ditakuti

    Zina yang Tak Lagi Haram dan Ditakuti

    Doa yang Tidak Pernah Dikabulkan: Hikmah di Balik Penantian

    Doa yang Tidak Pernah Dikabulkan: Hikmah di Balik Penantian

    Peradaban dalam Gema: Ketika Lagu Menjadi Cermin 

    Peradaban dalam Gema: Ketika Lagu Menjadi Cermin 

    Kemerdekaan yang Timpang: Antara Merah Putih di Kota dan Perut Lapar di Desa

    Kemerdekaan yang Timpang: Antara Merah Putih di Kota dan Perut Lapar di Desa

  • Infografis
  • Risalah
    Checkpoint Spiritual: Sholat Jumat dan Laki-Laki dalam Ritme Peradaban

    Checkpoint Spiritual: Sholat Jumat dan Laki-Laki dalam Ritme Peradaban

    Redefinisi Hijrah Populer

    Redefinisi Hijrah Populer

    Mengungkap Dua Al-Masih: Isa sang Penyelamat, Dajjal sang Pendusta

    Mengungkap Dua Al-Masih: Isa sang Penyelamat, Dajjal sang Pendusta

No Result
View All Result
berkemajuan.id
No Result
View All Result
Home Artikel

Korupsi Bersarung Putih: Menelusuri Skandal yang Membungkus Agama

Lukmanul hakim by Lukmanul hakim
August 28, 2025
Korupsi Bersarung Putih: Menelusuri Skandal yang Membungkus Agama
Share on FacebookShare on Twitter

Di sebuah ruang sidang yang dingin, di antara tumpukan berkas perkara dan kilatan kamera media, seorang tokoh agama dengan jubah putih duduk di kursi pesakitan. Tangannya yang dulu rajin mengangkat kitab suci kini terbelit borgol besi. Tuduhan? Korupsi dana umat uang yang sejatinya dikumpulkan atas nama sedekah, zakat, atau pembangunan rumah ibadah. Ironisnya, yang terlibat bukan sekadar figur pinggiran, melainkan orang yang sebelumnya dielu-elukan sebagai teladan moral.

Fenomena ini bukan cerita baru. Korupsi yang menyelip di balik simbol kesalehan telah menjadi wajah kelam yang jarang disentuh secara blak-blakan. Kita terlalu sering menganggap agama sebagai benteng moral paling kokoh, sehingga ketika korupsi menyelinap melalui pintu ini, keterkejutannya seperti gempa yang mengguncang keyakinan sosial.

Ketika Agama Menjadi Tameng

Dalam masyarakat religius seperti Indonesia, jubah putih, sorban, dan sebutan “ustaz” atau “kyai” seringkali menjadi jaminan kepercayaan. Di atas mimbar, suara mereka menggelegar menyerukan kejujuran dan amanah. Namun di balik layar, ada yang memanfaatkan kesucian simbol itu untuk menutupi kerakusan.

Para sosiolog menyebut fenomena ini sebagai moral licensing sebuah mekanisme psikologis di mana seseorang merasa memiliki “lisensi moral” untuk berbuat salah karena sebelumnya melakukan sesuatu yang dianggap baik. Dalam konteks ini, reputasi sebagai tokoh agama dijadikan “modal moral” yang ironisnya dipakai untuk melancarkan perbuatan kotor.

Uang Umat yang Jadi Alat Politik dan Gengsi

Kasus dana masjid yang diselewengkan untuk kepentingan pribadi, atau sumbangan zakat yang dialihkan untuk mendanai kampanye politik, adalah contoh nyata betapa agama bisa dipelintir menjadi alat legitimasi kekuasaan. Korupsi bersarung putih sering beroperasi di ruang abu-abu: tidak ada bukti uang mengalir ke kantong pribadi secara langsung, tapi dana itu dipakai untuk membangun citra, menutup aib, atau membeli pengaruh.

Di sinilah kompleksitasnya: masyarakat kerap ragu mengkritik tokoh agama yang tersandung kasus, karena takut dianggap menghina agama itu sendiri. Padahal, membongkar kasus seperti ini adalah bagian dari menjaga kesucian ajaran.

Bayang-bayang Sejarah dan Peringatan Ulama

Imam Al-Ghazali pernah mengingatkan, “Kerusakan agama disebabkan oleh ulama yang buruk.” Peringatan ini seperti nubuat yang terus relevan. Dalam sejarah Islam, ada kisah para pejabat keagamaan di masa kekhalifahan yang tergoda harta dan jabatan, meski mereka memiliki pengetahuan agama yang luas. Pengetahuan tidak selalu menjamin kesucian hati; kekuasaan dan uang tetaplah ujian yang berat.

Al-Ghazali menekankan bahwa ibadah tanpa kejujuran hati hanyalah ritual kosong. Maka, ketika seseorang berpenampilan alim namun hatinya terikat pada dunia, setiap amalnya bisa saja menjadi sekadar kedok.

Mengapa Masyarakat Mudah Terkecoh?

Jawabannya terletak pada budaya charismatic authority otoritas yang lahir dari karisma pribadi, bukan dari transparansi atau akuntabilitas. Masyarakat kita seringkali lebih percaya pada sosok yang pandai berbicara di mimbar daripada pada data yang dingin. Padahal, karisma tanpa integritas bisa berubah menjadi alat manipulasi yang mematikan.

Kecenderungan ini membuat tokoh agama yang menyalahgunakan kepercayaan sulit tersentuh hukum. Mereka bisa memainkan narasi “kriminalisasi ulama” untuk memutarbalikkan opini publik, sehingga kasus korupsi berubah menjadi isu politis atau sektarian.

Mengembalikan Kesucian dari Panggung Publik

Solusi bukan hanya soal penegakan hukum yang tegas, tapi juga pendidikan publik agar tidak membiarkan agama dipakai sebagai tameng kejahatan. Muhammadiyah, misalnya, melalui berbagai forum resmi menegaskan pentingnya akuntabilitas dana umat dan mendorong pengelolaan zakat, infak, dan sedekah dengan prinsip good governance. Transparansi laporan keuangan masjid atau lembaga zakat harus menjadi kewajiban, bukan pilihan.

Langkah ini penting untuk membalik persepsi bahwa tokoh agama kebal kritik. Mengkritik perilaku buruk seorang pemuka agama bukanlah serangan terhadap agamanya, melainkan upaya menjaga martabat agama itu sendiri.

Membiarkan korupsi bersarung putih berarti memberi ruang bagi kemunafikan tumbuh subur. Semakin lama dibiarkan, semakin kuat pula keyakinan para pelaku bahwa mereka kebal dari hukum dan kritik. Pada titik ini, agama bukan lagi pembimbing moral, tapi sekadar ornamen yang mempercantik wajah kekuasaan kotor.

Korupsi jenis ini memiliki daya rusak ganda: menghancurkan kepercayaan publik pada lembaga agama dan sekaligus memudarkan semangat kolektif untuk taat pada ajaran moral. Ketika masyarakat mulai berpikir “semua pemuka agama sama saja”, maka keruntuhan sosial sudah di ambang pintu.

Menjaga Iman dari Topeng Kesalehan

Korupsi bersarung putih adalah pengkhianatan ganda terhadap hukum dan terhadap Tuhan. Ia membungkus dosa dengan kain kesucian, menyembunyikan kerakusan di balik doa. Dalam pandangan agama, ini bukan sekadar pelanggaran hukum manusia, tapi juga bentuk kemunafikan yang berat.

Masyarakat religius seperti Indonesia harus berani menatap fakta ini tanpa takut pada simbol atau status. Sebab, menjaga kesucian agama berarti juga membersihkan panggungnya dari para aktor yang bermain dengan kostum kesalehan, tapi naskahnya penuh kebohongan. Karena di akhirat kelak, tak ada sorban atau jubah putih yang bisa menjadi pembela. Yang tersisa hanyalah hati apakah ia benar-benar tulus, atau sekadar bersih di luar tapi busuk di dalam.

Lukmanul hakim

Lukmanul hakim

Recommended.

Taubat : Selalu Diundang Tapi Kamu Tak Datang

Taubat : Selalu Diundang Tapi Kamu Tak Datang

August 24, 2025
Sebuah Kisah Negara yang tidak ingin rakyatnya pintar

Sebuah Kisah Negara yang tidak ingin rakyatnya pintar

June 11, 2025

Trending.

Indonesia Darurat Rokok: Saatnya Kendalikan, Sebelum Terlambat

Indonesia Darurat Rokok: Saatnya Kendalikan, Sebelum Terlambat

August 10, 2025
Mengejar Hikmah, Mencari Arti Kehidupan

Mengejar Hikmah, Mencari Arti Kehidupan

July 31, 2025
Peradaban dalam Gema: Ketika Lagu Menjadi Cermin 

Peradaban dalam Gema: Ketika Lagu Menjadi Cermin 

August 17, 2025
🚭Pria Indonesia Paling Banyak Merokok, Padahal Rokok Bunuh 8 Juta Orang Setahun

🚭Pria Indonesia Paling Banyak Merokok, Padahal Rokok Bunuh 8 Juta Orang Setahun

July 19, 2025
Kenapa Masih Diam Ketika Ada Kezhaliman?

Kenapa Masih Diam Ketika Ada Kezhaliman?

July 31, 2025
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Call us: +6285234007456

© 2025 - berkemajuan.id - "Memajukan & Memanusiakan" by Rozaq

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Liputan Khusus
  • Infografis
  • Artikel
  • Insight
  • Tajdid
    • Pendidikan
    • Ekonomi
    • Sosial
  • Photography
  • Risalah

© 2025 - berkemajuan.id - "Memajukan & Memanusiakan" by Rozaq