Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Solo berkomitmen membawa persyarikatan sebagai organisasi yang unggul dan maju. Komitmen tersebut menjadi keputusan resmi Musyawarah Daerah (Musyda) Muhammadiyah Solo, 20 Mei 2023 lalu. Hasil itu kemudian diterjemahkan lebih detail melalui rapat kerja pimpinan daerah I Muhammadiyah Kota Solo pada 12 Agustus 2023.
Terminologi unggul dan maju dipilih karena menjadi kebijakan makro Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Pada visi jangka panjang persyarikatan (2005-2025), pada periode Muktamar ke-48 ini, Muhammadiyah salah satunya bervisi menciptakan sistem gerakan yang unggul.
Menariknya, tak hanya menetapkan visi unggul dan maju, Muhammadiyah Kota Solo juga merumuskan indikator kinerja organisasi secara terukur melalui key performance indicator (KPI). Setidaknya ada tujuh program prioritas yang ingin dicapai. Masing-masing prioritas itu sudah ada KPI-nya. Penetapan KPI ini menarik karena akan menjadi ukuran kinerja secara kuantitatif. KPI biasanya diberlakukan di organisasi bisnis sebagai ukuran keberhasilan organisasi yang kemudian diadopsi di persyarikatan. Tentu saja, selain ukuran kuantitatif, perlu juga dirumuskan pendekatan kualitatif atas pencapaian pelaksanaan program kerja. Dengan demikian pencapaian kinerja PDM Kota Solo akan lebih komprehensif: kuantitif dan kualitatif.
Predikat unggul dan maju tersebut bukan hanya untuk amal usaha Muhammadiyah (AUM), tapi juga diaplikasikan di basis akar rumput persyarikatan, yaitu di Pimpinan Muhammadiyah Ranting (PRM), Pimpinan Muhammadiyah Cabang (PCM) dan masjid. Akar rumput harus terus dirawat karena menjadi basis tegaknya persyarikatan.
Kualifikasi unggul dan maju menjadi keniscayaan. Secara kuantitatif, AUM di Solo cukup banyak, sejak dari bidang pendidikan, kesehatan, sosial, maupun ekonomi. Muhammadiyah—dan Aisyiyah tentunya—adalah organisasi kemasyarakatan yang paling banyak mengelola amal usaha di Kota Solo. Sebagai amal usaha yang berbasis pada layanan kepada masyarakat, keunggulan dan kemajuan menjadi syarat penting agar AUM itu menjadi pilihan masyarakat.
Reposisi
Seperti yang dikemukakan Ketua Majlis Pendidikan PDM Kota Solo, Mohamad Ali, sekolah-sekolah Muhamamadiyah harus melakukan reposisi dari sekolah medioker (tengahan, rata-rata) menjadi sekolah excellent (unggul). Tanpa reposisi, sekolah Muhammadiyah akan ditinggalkan masyarakat. Ali berharap sekolah di bawah persyarikatan harus saling berkolaborasi, bekerja sama untuk meraih predikat unggul tersebut.
Sebenarnya pernyataan Mohamad Ali tidak hanya berlaku di AUM sekolah, melainkan berlaku di semua AUM. Apalagi saat ini banyak amal usaha persyarikatan harus bersaing dengan usaha sejenis yang dikelola pemerintah maupun organisasi lain. Tanpa reposisi menuju keunggulan, sekali lagi, AUM tak akan jadi pilihan masyarakat. Ikhtiar untuk terus maju, maju dan maju menjadi spirit Muhammadiyah yang diwariskan K.H. Ahmad Dahlan. Spirit itu yang harus terus kita perjuangkan bersama.
Risalah Islam Berkemajuan memberi landasan etik bahwa dalam segala hal Muhammadiyah harus terus berorientasi kepada kemajuan. Islam adalah agama yang mendorong kemajuan. Kemajuan bukan hanya untuk warga persyarikatan, yang lebih penting lagi untuk warga bangsa, bahkan warga dunia.
Amal usaha yang maju lahir dari kader Muhammadiyah yang berpikiran maju pula. Amal usaha sejatinya adalah gerakan praksis pemikiran. Untuk itu, paradigma pemikiran berkemajuan harus terus dinyalakan. Tanpa pemikiran maju, sulit rasanya meraih kemajuan dan keunggulan gerakan. Karena itu, pengembangan sumber daya insani kader Muhammadiyah menjadi sangat strategis. Tugas yang tidak ringan tentunya. Di usianya yang ke-111, Muhammadiyah, khususnya di Kota Solo, harus optimistis bahwa predikat unggul dan maju itu bisa kita raih.
Insya Allah…