KARANGANYAR, MUHAMMADIYAHSOLO.COM-Risalah Islam Berkemajuan (RIB) menjadi tema bahasan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof. Sofyan Anif saat mengisi materi pada Pesantren Ramadan di Pondok Semangat, Karanganyar, Minggu (24/3/2024). Acara Pesantren Ramadan ini digelar oleh Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Solo.
Acara dihadiri peserta Ramadan berasal dari unsur Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kottabarat, Kota Bengawan, Pimpinan Cabang Aisyiyah Solo Utara, Laweyan, Solo Selatan, Jebres, Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Nasyiatul ‘Aisyiyah, Hizbul Wathan, Tapak Suci Putera Muhammadiyah, ITS PKU Muhammadiyah Solo.
Hadir juga Konsultan MPKSDI Kota Solo, Ahmad Sukidi, dan Ketua MPKSDI, Suyanto. Pada kesempatan tersebut, Sofyan Anif menerangkan prinsip Islam Berkemajuan yang bertumpu pada empat prinsip. Prinsip tersebut antara lain; 1) tauhid, yang artinya mengesakan Allah SWT; 2) berpedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah; 3) Islam yang terus menggerakkan ijtihad dan tajdid; 4) mendakwahkan wasathiyah yang artinya Islam yang moderat, yang di tengah-tengah atau Islam yang tidak ekstrem. “Islam berkemajuan pada prinsipnya, telah sesuai SDG’s [sustainable development goal]. Pada prinsipnya, SDG’s sendiri adalah mempertahankan kualitas hidup manusia agar tidak menurun di tengah munculnya beragam tantangan baru,” ujarnya.
Dengan mengutip Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Yono Reksoprodjo, Sofyan Anif menguraikan bahwa SDG’s telah disesuaikan dalam visi gerakan Muhammadiyah lima tahun ke depan (2022-2027) yang membawa slogan “Muhammadiyah Unggul Berkemajuan”. Segi tiga fungsional instrumen pembangunan berkelanjutan, lanjut Sofyan Anif, dilakukan melalui tiga indikator yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Empat Pilar
Sementara ada empat pilar mulai dari pembangunan sosial, pembangunan ekonomi, pembangunan lingkungan dan pembangunan hukum dan tata kelola. Dari 17 poin SDG’s, gerakan Muhammadiyah masuk dalam kategori expanded impact. Impact besarnya menyentuh sembilan poin isu yang bisa diterjemahkan dalam enam gerakan, yaitu pengentasan kemiskinan, pelayanan kesehatan, pemberdayaan perempuan, pendidikan untuk semua, peningkatan ekonomi, dan pelestarian lingkungan.
Sementara itu, Ketua MPKSDI PDM Kota Solo, Suyanto, menjelaskan Pesantren Ramadan merupakan kegiatan yang diselenggarakan dalam upaya menyemarakkan suasana Ramadan. Bulan Ramadan ini menjadi momentum untuk lebih meningkatkan keimanan dan melakukan kegiatan-kegiatan positif sehingga bulan Ramadan ini menjadi bulan yang berkah bagi kader-kader Muhammadiyah.
Muhammadiyah merupakan gerakan tajdid, senantiasa memperbaharui, merekontruksi nilai-nilai yang ada agar selaras dengan perkembangan dan kebutuhan. “Terlebih dalam konteks ideologi, politik kebangsaan, dan kaderisasi. Pesantren Ramadan menjadi forum yang tepat untuk menyegarkan pemikiran-pemikiran kaitannya dengan perkaderan dan kepemimpinan nasional dalam Muhammadiyah,” ujar Suyanto.
Dalam hal ini MPKSDI PDM Kota Solo berinisiatif menyelenggarakan Pesantren Ramadan. Hal ini sangat strategis karena juga memberikan pemahaman tentang Pengembangan SDM dan kaderisasi Muhammadiyah, kepemimpinan nasional dalam politik kebangsaan Muhammadiyah, strategi diaspora kebangsaan, keummatan dan Kemuhammadiyahan. “Di era perubahan dalam rangka menyukseskan program-program pengembangan Muktamar ke-48 di Solo,” pungkasnya.