SOLO, MUHAMMADIYAHSOLO.COM – Pada hari Senin, 26 September 2022 bertempat di studio SD Muhammadiyah Program Khusus TV berlangsung sebuah acara diskusi interaktif, dengan tema “Menumbuhkan Karakter, Kreatifitas, dan Daya Pikir Kritis Siswa SD”.
Hadir sebagai narasumber adalah Esti Ambarwati, pengajar mapel matematika kelas kecil dan Andi Arfianto, pengajar mapel matematika kelas besar di SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat.
Diskusi tersebut bertujuan untuk memperbincangkan dan mengeksplorasi bagaimana para pendidik SD Muhammadiyah Program Khusus merespon perubahan kurikulum dari Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka. Dengan tetap mampu melejitkan potensi siswa, dalam hal ini karakter, kreatifitas dan daya pikir kritis mereka.
Menarik sekiranya memperbincangkan tema tersebut. Mengingat para guru, orang tua, dan pemerhati pendidikan, harus mampu mengubah mindset, terus bersemangat belajar untuk menghadapi perubahan tantangan zaman dan dinamika dunia pendidikan. Berikut tulisan hasil perbincangan, dan kita ambil inspirasi dari kedua narasumber yang hadir.
Dari perbincangan dengan narasumber, terdapat beberapa hal menarik yang dilakukan guru-guru di SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat dalam menyikapi perubahan kurikulum menjadi kurikulum Merdeka. Mereka menerima dengan ikhlas, bahagia, merespon sangat positif karena bagi guru-guru SD Muhammadiyah PK. Guru-guru tersebut berprinsip bahwa menjadi sorang guru harus selalu siap menerima sebuah perubahan untuk sebuah kemajuan, positif thinking atas perubahan yang terjadi, segera merubah mindset, segera mempelajari perubahan tersebut dan mengembangkannya untuk kemajuan siswa.
Adanya kurikulum merdeka yang inklusif, mendorong pembelajaran berbasis kebutuhan siswa. Guru dapat mengatur waktu dalam menyampaikan pembelajaran, jika materi butuh waktu lama atau tingkat kesulitan tinggi. Guru dapat meletakkan pelajaran di jam awal, semua tergantung pada guru kelas dalam berkreasi mengajar sesuai asesmen yang dibuat.
Dalam kurikulum merdeka, guru tidak mengutamakan nilai angka semata. Tetapi menerapkan kekuatan karakter yang mengarah ke Profil Pelajar Pancasila. Di mana guru mampu menyelenggarakan iklim pembelajaran yang menerima dan menghargai perbedaan, baik perbedaan sosial, budaya, agama, dan suku bangsa. Pembelajaran yang menerima apa pun kondisi fisik, agama, dan identitas para peserta didiknya menjadi salah satu tujuan dari kurikulum merdeka ini.
Orang tua dalam pelaksanaan kurikulum Merdeka di SD Muhammadiyah PK juga ikut dilibatkan. Sosialisasi dilakukan di awal semester melalui rapat kelas bersama orang tua (wali siswa). Keterlibatan tersebut khususnya saat pelaksanaan Projek.
Projek ini diorientasikan membentuk karakter, kreatifitas, serta menginternalisasi nilai-nilai kearifan lokal dalam diri siswa melalui pembelajaran berbasis projek. Sebagai gambaran, projek dilaksanakan di SD Muhammadiyah PK dengan membuat angket terlebih dahulu kepada siswa sesuai tema yang diambil.
Semester gasal, tema untuk kelas besar adalah keanekaragaman makanan tradisional. Guru membuat angket makanan apa yang ingin dipelajari.
“Ternyata sesuai angket, siswa ingin belajar membuat klepon”, ujar Andi Arfianto.
Maka sekolah mendatangkan tenaga profesional pemasak klepon ke sekolah dan siswa belajar bersama mengeksplorasi kue klepon. Sedangkan untuk tema kelas kecil yang dipilih adalah “Keragaman Budaya Lokal”. Siswa memilih mempelajari jumputan dengan bahan alami ramah anak. Yang unik disini, setip proses pembelajaran yang akan dilakukan guru, selalu melibatkan dan memperhatikan pendapat siswa.
Perkembangan kreatifitas yang dapat diamati guru adalah kegemaran siswa menulis dengan baik, gemar menggambar, mampu bercerita. Kegemaran menulis dapat diamati pada siswa kelas atas, melalui kegiatan refleksi terbimbing di setiap hari Jum’at.
Siswa menuliskan pengalaman belajar terbaik, yang paling menyenangkan selama satu minggu. Apa yang ditulis siswa akan dijadikan bahan pertimbangan guru untuk mendesain pembelajaran di minggu berikutnya.
“Sedangkan untuk kelas kecil, refleksi terbimbing yang dapat dilakukan adalah siswa menceriterakan secara lisan kegiatan apa yang menyenangkan dalam minggu kemarin,” ujar Esti Ambarwati
Profil Pelajar Pancasila di SD Muhammadiyah PK yang dapat diamati dengan adanya pembelajaran dan projek menurut kurikulum merdeka adalah terbentuknya anak yang beriman, anak yang senang bergotong royong, anak yang mandiri, anak yang kritis, berkebinekaan unggul, dan berpikiran kritis.
Perkembangan kreatifitas yang dapat diamati dengan adanya pembelajaran berbasis kurikulum merdeka adalah siswa merasakan pembelajaran lebih bermakna, lebih menyenangkan. Karakter yang terbentuk, mereka merasa harus lebih bersungguh-sungguh belajar di kesempatan berikutnya. Adanya Projek Pelajar Pancasila dalam pembelajaran dapat mendorong siswa menjadi lebih aktif.
Sebagai penutup, strategi yang dilakukan guru di SD Muhammadiyah PK dalam penerapan kurikulum merdeka adalah tetap memperhatikan aspek nilai-nilai syariah. Ini merupakan bentuk implementasi kurikulum sekolah syariah yang lebih dulu diterapkan di SD Muhammadiyah PK.
Dengan mengingatkan di awal pembelajaran dan akhir pembelajaran, bahwasannya siswa akan menerima ilmu yang berasal dari Allah. Jika sudah mendapat ilmu harus dikembalikan lagi pada Allah (ikhlas) dengan cara beribadah yang lebih baik lagi.
Semoga apa yang telah diikhtiarkan sekolah, bisa membentuk generasi ulul albab yang secara ilmu dan amal berkualifikasi unggul, kreatif, dan berpikir kritis.