Muhammadiyah tengah berproses memproduksi film berjudul Pancasila. Film ini berkisah tentang kiprah tokoh Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusumo yang berperan dalam pencoretan tujuh kata dalam Piagam Jakarta. Film ini disutradarai tokoh film kenamaan Hanung Bramantyo. Hanung saat ini juga aktif di Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Sebelumnya Hanung sukses membuat film Sang Pencerah yang mengisahkan perjuangan Kiai Ahmad Dahlan saat mendirikan Muhammadiyah. Sang Pencerah tidak diproduksi oleh Muhammadiyah, tapi oleh Raam Punjabi. Sementara film Pancasila akan langsung diproduksi persyarikatan. Film Pancasila merupakan sebuah proyek ambisius dari Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang mengisahkan tokoh penting Muhammadiyah. Film Pancasila adalah salah satu dari tiga proyek film yang akan disutradarai Hanung Bramantyo.
Berdasarkan pembacaan naskah film Pancasila, kisah ini mengangkat perjalanan dan kontribusi Ki Bagus Hadikusumo dalam sejarah bangsa Indonesia. Film ini menyoroti peran penting Ki Bagus Hadikusumo dalam penghapusan tujuh kata dari Piagam Jakarta, sebuah keputusan bersejarah dalam penyusunan dasar negara Pancasila. Rencananya, film ini akan diluncurkan pada Agustus 2025.
Alasan diproduksi film Pancasila bertujuan memberikan edukasi dan memperkenalkan tokoh-tokoh penting dalam sejarah kepada masyarakat, khususnya generasi muda, melalui media audio-visual. “Menyoroti dialog antargolongan dan antaragama yang bertujuan untuk mempererat persatuan,” urai Hanung Bramantyo seperti disiarkan di Youtube TvMu.
Tokoh Dihormati
Ki Bagus Hadikusumo merupakan salah satu tokoh penting yang sangat dihormati di Muhammadiyah. Dia adalah seorang ulama dan pemimpin yang tegas. Ki Bagus Hadikusumo memberikan kontribusi besar terhadap sejarah bangsa Indonesia, terutama dalam penyusunan Pancasila sebagai dasar negara. Dia memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai Islam dan kebangsaan. Perannya dalam menghapus tujuh kata dari Piagam Jakarta menunjukkan dedikasinya untuk memperjuangkan kesatuan dan keberagaman bangsa.
Karya sebelumnya, Sang Pencerah merupakan film yang menceritakan sebuah perjalanan dalam K.H. Ahmad Dahlan. Film ini memotret perjalan Kiai Dahlan dari masa kecilnya hingga upaya besar dalam mendirikan Muhammadiyah. Hayuning R. Hapsari & Mulyana Wiriana menulis artikel ini dengan judul “Ulasan Film Sang Pencerah, Mengenal Sosol Pembaharu Islam di Bumi Nusantara” seperti yang dimuat di situs Yoursay.id, seperti dikutip Muhammadiyahsolo.com, Selasa (1/10/2024).
Kesuksesan film ini terlihat dari perubahan pandangan industri perfilman, di mana sebelumnya banyak produser, eksekutif produser, dan pelaku film enggan membuat film sejarah karena dianggap kurang diminati. Namun, setelah hadirnya film ini, semakin banyak produser, eksekutif produser, dan pelaku film yang mulai tertarik untuk membuat film berjenis biopik atau biografi, menandakan bahwa genre tersebut kini lebih dihargai dan diminati oleh penonton.
Hanung Bramantyo mengatakan, jumlah penonton total mencapai 1 juta pada saat itu yang mengawali sebuah zangre biopic atau biographies picture. Angka ini merupakan pencapaian yang sangat signifikan untuk sebuah film Indonesia, terutama dengan kategori sejarah dan religius.
Film ini berhasil membangun karakter Kiai Ahmad Dahlan dan menggambarkan tranformasinya dari seorang guru desa biasa menjadi seorang pemikir, pemimpin, dan pendiri organisasi besar Muhammadiyah. (Kontributor magang: Afiffah, Anggilia)