Oleh : Hendro Susilo*)
MUHAMMADIYAHSOLO.COM-Setiap bulan Mei tiba, kita temukan banyak flyer pendidikan di grup Sosmed, berita yang memuat pendapat pakar pendidikan , ataupun muncul tulisan-tulisan refleksi tentang pendidikan. Maklum saja, dibulan Mei bangsa kita memperingati hari Pendidikan Nasional. Tidak ketinggalan, Presiden dan Menteri Pendidikan-pun membuat poadcast pendidikan yang membahas isu-isu pendidikan kontemporer. Dalam ruang publik pun, ada isu- isu pendidikan yang mengemuka antara lain terkat kualitas hasil lulusan, kesejahteraan guru, beban berat guru karena administrasi, pendidikan dan riset, PP no 57 Tahun 2021 tentang SNP, pendidikan masa pandemi, sampai pada peta jalan pendidikan nasional mengemuka dan membuat diskursus pendidikan semakin menarik di cermati.
Termasuk tulisan Yudi latif di media online yang menarik perhatian saya. Tulisan yang berjudul Rezim Pendidikan dan Penelitian ini memberikan perspektif dan “mengkritisi” arah peta jalan pendidikan nasional. Poin yang dapat saya tangkap bahwasannya fungsi pendidikan dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi harus didasari pendidikan nilai dan karakter sebagai modal sosial dan modal moral dalam rangka melahirkan manusia unggul yang berbudi luhur sebagai bekal menjadi warga negara dan warga dunia yang baik. Hal ini berarti pendidikan harus dimulai dari usaha humanisasi melalui penanaman akhlak-karakter.
Kritikan terhadap Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2020-2035 yang mengemuka antara lain dalam konsideran perubahan teknologi, sosiokultural,dan lingkungan. Dalam disrupsi teknologi yang terjadi, terfokus pada dampak perubahan teknologis terhadap bidang kehidupan pekerjaan dan keteknikan sehingga menjawab tantangan ini akan lebih menekankan pada kecakapan teknis (literasi teknologis) siswa. Pendidikan seharusnya bisa melihat kelebihan manusia atas mesin, sehingga siswa tak cukup dibekali kecakapan teknis, tetapi juga kemampuan berfikir strategis dan analitis-sintesis dengan wawasan mental yang holistik.
Kritikan lain dari Yudi Latif dalam hal perubahan sosio-kultural yang memfokuskan pada kelas menengah,urbanisasi dan mobilitas tenaga kerja yang mengakibatkan masyarakat pedesaan ditempatkan diluar imajinasi tantangan pendidikan. Padahal, negara juga harus memperhatikan dan meningkatkan taraf teknologis masyarakat yang tertinggal. Dalam hal aspek lingkungan, peta jalan yang dibuat tertuju pada perubahan lingkungan fisik seperti energi dan air.Terlupakan yang terkait globalisasi yang akan berdampak pada infiltrasi (peresapan) ideologi lain kedalam ideologi bangsa dan negara termasuk lingkungan geo-strategis dalam percaturan global.
Kritikan yang disajikan diatas menambahkan perspektif peta pendidikan yang lebih holistik. Bahwa pendidikan harus didesain dan menempatkan manusia sebagai aktor agar manusia dapat melampaui jangkauan teknologi dan data dengan memberikan wawasan kemanusiaan dan kebijaksanaan. Seperti halnya semangat Ki Hajar Dewantara yang mendefinisikan pendidikan sebagai proses belajar menjadi manusia seutuhnya dengan mempelajari dan mengembangkan kehidupan sepanjang hayat. Walaupun perubahan terjadi, tetapi hakikat pendidikan tidaklah berubah.
Pendidikan Al-Ashr
Melihat diskursus isu pendidikan yang terjadi akhir-akhir ini, saya juga tertarik untuk ikut memberikan perspektif pendidikan yang di lihat dari spirit surat Al-Ashr. Dalam pandangan saya, ada isi pendidikan yang “unik” dan memiliki karakteristik/ kriteria-kriteria yang berbeda dari pendidikan pada umumnya atas kandungan surat Al-Ashr ini. Ada unsur inti pendidikan dalam Al-Ashr yang mencakup unsur keimanan, unsur keilmuan, unsur amaliyah, unsur akhlak dan unsur sosial. Dimana unsur-unsur tersebut harus dilaksanakan secara utuh, dinamis dan saling melengkapi.
Islam adalah agama yang tidak membunuh fitrah manusia, melalui jalan pendidikan- lah fitrah manusia bisa tumbuh dengan baik.Sistem pendidikan yang berpijak pada unsur dan dasar keimanan,akan mendatangkan hasil yang lebih berkualitas secara lahir dan batin. Menurut Muhaimin (paradigma pendidikan, hal 75) mengatakan bahwa dalam konsep Islam, iman merupakan potensi ruhani yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal sholeh sehingga menghasilkan prestasi ruhani yang disebut takwa.
Konsep Al-Ashr berlawanan dengan konsep Al-khusr yang berarti kerugian,ketertinggalan, primitif, atau kemunduran. Maka, unsur ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu konten /isi pendidikan Islam yang harus diperhatikan. Allah memerintahkan kita membaca, meneliti, mengkaji dan membahas dengan kemampuan intelektual. Hal ini dapat kita lihat dalam Al-Quran surat Al-Alaq (1-5) sebagai dasar pengembangan sains dan teknologi dalam Islam dan merangsang daya kreativitas untuk berinovasi.
Amilu as-shalihat dalam surat Al-Ashr dapat dimaknai kreativitas yang dapat membentuk kehidupan masyarakat, peradaban, dan kebudayaan. Dengan kata lain, kerja keras dan produktif menjadi unsur penting amaliah. Pendidikan Islam menaruh perhatian pada aspek kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia bagi individu dan masyarakat. Amal Sholeh yang diperbuat akan berdampak besar dan memberikan manfaat pada masyarakat. Amal sholeh mencakup hubungan keselarasan hubungan individu dengan Allah SWT yang akan membentuk keshalehan pribadi,mencakup hubungan manusia dengan orang lain yang membentuk keshalehan sosial, serta hubungan manusia dengan alam lingkungan yang bermuara pada kemajuan peradaban yang baik dan maju.
Aspek akhlak dalam surat Al-Ashr dapat dpahami dari penggalan ayat wa tawashau bi shobr. Kesabaran merupakan simbol dari moral tertinggi yang mengandung nilai keutamaan dalam pengembangan masyarakat. Sebagian kalangan pengamat pendidikan banyak yang mengatakan bahwa pendidikan nasional kita telah gagal membentuk karakter,akhlak,moral dan budi pekerti yang tergambar pada indeks korupsi yang masih tinggi. Pendidikan akhlak dan budi pekerti merupakan jiwa pendidikan Islam, Islam berkemajuan akan menyemaikan benih-benih kebaikan,kebenaran, kedamaian,keadilan serta kemaslahatan bagi umat manusia.
Aspek sosial pun menjadi aspek penting dalam pendidikan islam. Manusia merupakan mahluk sosial yang berinteraksi dengan masyarakat luas. Surat al-Ashr yang memiliki kandungan yang mencakup seluruh kehidupan peradaban manusia mendorong kualitas kehidupan individu maupun masyarakat menjadi maju dan berkembang. Ayat-ayatnya yang menggunakan bentuk jamak seperti al-insan, amanu, amilu dan tawashau dimaknai memiliki sifat kolektif. Kehidupan kolektif menuju khoiru ummah menjadi dambaan kita semua.
Berdasarkan uraian singkat diatas, tujuan pendidikan holistik termaktub dalam spirit surat Al-Ashr yang menempatkan manusia sebagai aktor (subjek) pendidikan yang akan membawa pada perubahan peradaban yang lebih bermartabat dan maju. Peta Jalan Pendidikan Nasional 2020-2035 hendaknya lebih memperhatikan dan menyeimbangkan antara faktor religius dan kecakapan teknis dalam mempersiapkan masa depan bangsa. Jangan sampai bangsa kita kehilangan orientasi dan ruh dalam membangun kehidupan manusia yang bermartabat. Dan tulisan C.S Lewis yang mengatakan “Pendidikan tanpa nilai, seberapa pun manfaatnya, tampaknya hanya akan melahirkan iblis yang pintar” patut menjadi renungan bersama.
*)
Pendidik di Perguruan Muhammadiyah Kottabarat &
Aktivis Pemuda Muhammadiyah Solo