Pendidikan adalah salah satu lahan dakwah Muhammadiyah. Tiga hal yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan saat merintis Muhammadiyah adalah menggarap bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial. Hal ini bisa kita rasakan saat ini betapa banyaknya jumlah amal usaha Muhamamdiyah (AUM) di bidang pendidikan sejak dari TK/SD/SMP/MTS/SMA/MA/SMK dan perguruan tinggi. Dalam bidang kesehatan di tiap kabupaten/kota hampir sudah ada Rumah Sakit PKU ataupun klinik milik persyarikatan.
Begitu pula dengan panti asuhan yang telah didirikan oleh Muhammadiyah. Banyaknya amal usaha Muhammadiyah tersebut sebagai bukti bahwa dari awal sampai sekarang eksistensi Muhammadiyah dalam berkiprah tidak diragukan lagi. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menjaga eksistensi AUM tersebut khususnya lembaga pendidikan menghadapi era industri 4.0? Mampukah menghadapi dan akhirnya tetap eksis ataukah terlindas yang akhirnya hilang/mati?
Era 4.0 merupakan era di mana terjadi konektivitas secara nyata antara manusia, mesin, dan data. Artinya, kehadiran revolusi industri 4.0 ini ditandai dengan otomatisasi dan digitalisasi. Untuk bisa bertahan yang dibutuhkan adalah kemampuan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut. Bukan yang paling pintar, bukan paling kuat. Orang atau lembaga yang sukses di suatu tempat belum tentu akan sukses di tempat lain manakala tidak ada kemampuan adaptif terhadap gejala atau perubahan tanda-tanda zaman. Seorang leader atau pemimpin mestinya memiliki nalar futuristik atau pemikiran yang bisa menangkap gejala dan arah perubahan yang sedang serta akan terjadi. Tidak terkecuali juga seorang guru.
Guru adalah salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Guru adalah ujung tombak dalam memajukan anak bangsa. Sebagus apapun rancang bangun sebuah kurikulum tanpa sentuhan seorang guru tidak akan berarti. Gurulah penafsir kurikulum dalam dunia pendidikan. Begitu urgensinya peran guru maka tidak berlebihan jika peningkatan kualitas sumber daya manusia atau SDM (baca: guru) dalam menghadapi era industri 4.0 sangat mendesak untuk segera direalisasi.
Era industri 4.0 yang notabenenya menuntut adanya perubahan-perubahan dalam dunia pendidikan maka guru juga perlu segera melakukan adaptasi terhadap perubahan di era 4.0 ini. Hal ini sejalan dengan kebijakan Menteri Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim yang menyatakan bahwa perlu adanya penambahan lima kompetensi dalam diri siswa. Lima komptensi tersebut antara lain, (1) Kemampuan berpikir kritis, (2) Memiliki kreativitas dan kemampuan inovatif, (3) Kemampuan dan keterampilan berkomunikasi yang baik, (4) Kemampuan bekerjasama/kolaborasi, (5) Memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Kelima, kompetensi itu menjadi modal utama siswa dalam menjalani kehidupan khususnya dalam era 4.0. Berangkat dari hal di atas maka peran dan fungsi guru di era 4.0 ini adalah bagaimana menyiapkan peserta didik untuk memiliki kelima kompetensi tersebut.
Kelima kompetensi tersebut di atas hanya akan didapatkan siswa manakala seluruh stakeholder atau pemangku kepentingan sekolah, khususnya guru memiliki kompetensi yang unggul. Oleh karena itu menurut hemat penulis setidaknya ada enam hal yang semestinya dilakukan oleh lembaga pendidikan termasuk di dalamnya adalah guru. Pertama, mereformasi sekolah. Artinya sekolah segera melakukan langkah-langkah strategis dalam menghadapai era 4.0. Mereviu visi dan misi sekolah yang diselaraskan dengan era terkini.
Kedua, meluruskan mindset (cara pandang) guru dalam menjalankan profesinya. Mindset yang tepat inilah yang akan membawa seorang guru menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Menjalankan tugas dengan penuh totalitas, berkualitas, dan penuh produktivitas. Cara pandang terhadap sesuatu itu penting karena cara pandang itulah yang akan menentukan gerak langkah berikutnya. Kesalahan dalam cara pandang bisa mengakibatkan kefatalan. Oleh karena itu mengubah mindset yang jumud menuju berkemajuan itu penting. Mindset dari apa adanya menuju apa yang harus ada itu juga penting. Mindset bahwa hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin tidak kalah pentingnya. Artinya mindset itulah yang akan mengubah segala gerak langkah kita untuk mau maju atau tidak.
Peran Strategis Guru
Ketiga, peningkatan kualitas guru. Peningkatan kualitas ini bisa dilakukan dengan mengadakan serta mengikutsertakan guru dalam berbagai kegiatan workshop, lokakarya, seminar, pelatihan yang dapat menunjang peningkatan kapasitas guru. Gurulah penafsir kurikulum di sekolah. Sebagus apa pun rancang bangun sebuah kurikulum tanpa kualitas guru yang memadai tidak akan berhasil dengan baik. Begitu strategisnya peran guru maka tidak boleh dipandang sebelah mata terkait pengelolaan SDM (baca: guru) ini. Apalagi di era di gital yang serba menuntut kecepatan dalam merespon dan bertindak. Khususnya yang terkait dengan keterampilan penguasaan teknologi informasi guru sangat penting. Hal ini terbukti di saat pandemi ini benar-benar kualitas guru dalam penguasaan bidang teknologi dan informasi sangat menentukan.
Keempat, meningkatkan profesionalisme guru. Guru dalam menjalankan tugas dan profesi sesuai dengan kompetensi dan tugas pokok yang telah disepakati bersama serta sesuai aturan yang berlaku. Menjalankan profesi dengan penuh keikhlasan dan tanggungjawab. Kerja ikhlas, kerja cerdas, kerja keras, dan kerja tuntas. Kelima, merancangbangun kurikulum yang dinamis. Kurikulum nasional dan ciri khusus yang ada didesain kembali menjadi sebuah kurikulum yang dinamis. Kurikulum yang mampu mengakomodasi seluruh potensi peserta didik menjadi capaian prestasi yang membanggakan. Baik presatasi akademik maupun non akademik. Keenam, peningkatan sarana dan prasarana sekolah. Untuk menunjang pembelajaran yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkualitas diperlukan sarana serta prasarana penunjang yang baik. Tanpa itu tujuan pendidikan dalam menambah kompetensi siswa akan terhambat.
Itulah beberapa hal yang perlu dilakukan sekolah (guru) dalam menyikapi era industri 4.0. Dengan metode pembelajaran yang variatif, berkualitas ditambah kemampuan guru yang unggul serta ditunjang dengan sarpras atau sistem informasi sarana dan prasarana yang lengkap maka peserta didik akan siap dan percaya diri dalam menghadapi era industri 4.0.
Sumber : Buletin Tajdid Pendidikan MPI PDM Kota Solo, edisi 6/2023