PABELAN, MUHAMMADIYAHSOLO.COM—Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menggelar Kajian Tafsir Al-Qur’an secara daring melalui Zoom Meeting. Kegiatan ini merupakan agenda rutin yang diinisiasi Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) UMS sebagai upaya memperkuat nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) bagi dosen dan tenaga kependidikan (tendik).
Dalam kajian kali ini, Ustaz Ainur Rha’in hadir sebagai narasumber dengan topik pembahasan Surah Adh-Dhuha. Ia membuka kajian dengan pembacaan surah tersebut dan melanjutkan dengan penafsiran mendalam mengenai makna setiap ayatnya. Surah Adh-Dhuha yang terdiri dari 11 ayat memiliki konteks sejarah yang sangat mendalam.
Ainur menjelaskan, surah ini turun setelah wahyu tidak turun selama sekitar 40 hari, yang membuat Nabi Muhammad SAW merasa gelisah. Kekosongan wahyu tersebut bahkan menjadi bahan ejekan orang-orang kafir Quraisy, salah satunya Ummu Jamil, istri Abu Lahab.
“Dalam Hadits Riwayat Bukhari, Ummu Jamil mengejek Nabi dengan mengatakan, ‘Setanmu benar-benar telah meninggalkanmu,’ yang dimaksud adalah Allah SWT,” ujar Ainur, Jumat, (10/1/2025). Hal ini menunjukkan bagaimana kaum Quraisy, khususnya dari Bani Umayyah yang bersaing dengan Bani Hasyim, sering mencari cara untuk menjatuhkan Nabi Muhammad SAW.

Namun, ejekan tersebut dijawab dengan turunnya Surah Adh-Dhuha. Ayat pertama yang berbunyi “Demi waktu dhuha” dan dilanjutkan dengan “Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak membencimu” menjadi bukti nyata bahwa Allah tidak pernah meninggalkan Rasulullah. “Ini adalah penghibur dan peneguh bagi Nabi Muhammad SAW,” tambahnya.
Lebih jauh, Ainur menggarisbawahi hikmah yang terkandung dalam surah tersebut, yaitu bahwa turunnya wahyu adalah hak prerogatif Allah SWT. “Tidak ada seorang pun yang bisa mengatur Allah, bahkan seorang nabi sekalipun. Maka, dalam doa dan harapan kita, harus ada keikhlasan dan kesabaran,” tegasnya.
Dalam riwayat lain, Nabi Muhammad SAW diceritakan sering bolak-balik ke Gua Hira selama masa kekosongan wahyu tersebut. Hal ini menunjukkan betapa besarnya kerinduan Nabi akan petunjuk dari Allah.
Ainur menekankan bahwa ini menjadi pelajaran penting bagi manusia untuk tidak menyerah dalam berdoa dan berusaha mendekatkan diri kepada Allah. “Sebagaimana yang diajarkan Nabi, kita harus memperbaiki cara meminta kepada Allah. Jangan mengatur Allah, tetapi serahkan segalanya kepada-Nya, karena Allah lebih tahu yang terbaik untuk kita,” tuturnya.
Kajian yang berlangsung pada Kamis (9/1/2025) itu memberikan wawasan mendalam kepada peserta, tidak hanya mengenai sejarah dan tafsir Surah Adh-Dhuha, tetapi juga hikmah yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
UMS melalui program ini terus berkomitmen untuk menanamkan nilai-nilai keislaman yang kokoh kepada seluruh sivitas akademika. Dengan kegiatan ini, UMS tidak hanya menjadi pusat pembelajaran akademik, tetapi juga spiritual, menginspirasi seluruh peserta untuk menjalani kehidupan dengan iman dan ketundukan penuh kepada Allah SWT.