Sebagai organisasi Islam yang lahir pada 1912, Muhammadiyah tidak hanya berfokus pada dakwah dan pendidikan, tetapi juga aktif merawat warisan budaya Indonesia. Meski tidak memiliki lembaga khusus seperti Bentara Budaya, Muhammadiyah telah membangun fondasi kebudayaan melalui integrasi nilai-nilai Islam dengan kearifan lokal. Artikel ini mengulas bagaimana gerakan ini menjadi pelestari budaya sekaligus pendorong peradaban yang harmonis antara tradisi dan modernitas.
Muhammadiyah: Menyatukan Agama dan Budaya
KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, meletakkan prinsip bahwa kemajuan umat harus dibarengi dengan penghargaan terhadap budaya. Baginya, kebudayaan bukanlah musuh agama, melainkan media untuk menyebarkan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Visi ini tercermin dalam berbagai program yang memadukan keislaman dengan pelestarian tradisi, tanpa mengabaikan semangat pembaruan.
Sekolah dan Kampus: Laboratorium Budaya
Lembaga pendidikan Muhammadiyah, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, menjadi ruang penting untuk mengajarkan seni dan tradisi Nusantara. Di banyak sekolah Muhammadiyah, siswa tidak hanya belajar agama, tetapi juga terlibat dalam kegiatan seperti membatik, menari tradisional, atau bermain alat musik daerah. Kampus-kampus seperti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) atau Jakarta (UMJ) kerap menggelar pameran seni, diskusi budaya, atau pertunjukan yang melibatkan seniman lokal. Pendekatan ini menunjukkan komitmen Muhammadiyah untuk memelihara warisan leluhur, sambil menyaringnya melalui prinsip agama.
Seni sebagai Media Dakwah
Muhammadiyah memanfaatkan seni untuk menyampaikan pesan moral dan spiritual. Beberapa contohnya antara lain:
- Pagelaran Bertema Religi: Grup teater di lingkungan Muhammadiyah sering mengangkat kisah-kisah inspiratif dari sejarah Islam atau cerita rakyat yang sarat makna.
- Karya Sastra Bernuansa Islam: Banyak penulis dari kalangan Muhammadiyah menghasilkan puisi, cerpen, atau novel yang mengajarkan nilai persaudaraan, kejujuran, dan kesederhanaan.
- Ekspresi Seni Visual: Lukisan kaligrafi dan karya seni rupa lainnya sering dipamerkan dalam acara-acara organisasi, menggabungkan estetika Islam dengan motif lokal.
Menghidupkan Tradisi Lokal
Muhammadiyah tidak menolak tradisi masyarakat, asalkan sejalan dengan prinsip tauhid. Di berbagai daerah, organisasi ini terlibat dalam kegiatan seperti peringatan hari besar Islam yang dirayakan dengan budaya setempat, misalnya melalui kirab budaya atau pertunjukan wayang dengan cerita Islami.
Peran Aktif dalam Pelestarian
Muhammadiyah memiliki struktur khusus yang menangani kebudayaan, seperti Majelis Seni dan Budaya, yang bertugas merancang program pelestarian tradisi. Majelis ini mendukung seniman dan pegiat budaya untuk menciptakan karya yang tidak hanya indah, tetapi juga mendidik. Selain itu, mereka aktif mengadakan pelatihan kerajinan tangan, workshop seni, atau festival budaya yang melibatkan generasi muda.
Budaya dalam Aksi Sosial
Kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh Muhammadiyah juga menyisipkan unsur budaya. Contohnya, program pelatihan ekonomi di pedesaan sering dikaitkan dengan pengembangan produk kerajinan tradisional, seperti tenun, ukir kayu, atau anyaman. Hal ini tidak hanya meningkatkan ekonomi warga, tetapi juga menjaga kelestarian keterampilan turun-temurun.
Menjawab Tantangan Zaman
Di era digital, Muhammadiyah berinovasi dengan mengadopsi teknologi untuk melestarikan budaya. Misalnya, mengadakan kelas virtual tentang seni tradisional, membuat konten edukatif di media sosial, atau mengembangkan aplikasi yang mempromosikan khazanah Nusantara. Tujuannya, agar generasi muda tetap mencintai budaya lokal meski hidup di tengah arus globalisasi.
Penutup: Merajut Identitas Bangsa
Muhammadiyah membuktikan bahwa agama dan budaya dapat berjalan beriringan. Dengan memelihara tradisi, mendukung seniman, dan mengadaptasi nilai-nilai Islam dalam kebudayaan, organisasi ini turut membentuk identitas Indonesia yang maju sekaligus berakar. Melalui pendidikan, dakwah kreatif, dan kolaborasi dengan masyarakat, Muhammadiyah terus menjadi salah satu pilar penting dalam menjaga keberagaman budaya Nusantara.
“Merawat budaya adalah bentuk syukur atas warisan leluhur, sekaligus investasi untuk masa depan peradaban.”S, atau UHAMKA) sering mengadakan festival budaya, seminar kebudayaan, dan pertunjukan seni yang melibatkan masyarakat luas. Kegiatan ini menjadi bukti bahwa Muhammadiyah tidak anti-tradisi, melainkan berusaha memfilter budaya lokal dengan prinsip al-muhafazhah ‘ala al-qadim as-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah (menjaga tradisi baik dan mengadopsi hal baru yang lebih baik).