Di meja makan, ada satu kebiasaan yang sering kali dianggap sederhana, bahkan remeh: makan dengan tangan kanan. Bagi sebagian orang, ini hanyalah soal sopan santun atau tradisi keluarga. Namun, bagi seorang Muslim, makan dengan tangan kanan adalah bagian dari sunnah Nabi ﷺ yang sarat makna, tidak hanya secara spiritual tetapi juga ilmiah. Di zaman modern ini, ketika sains mengungkap rahasia dunia mikroorganisme, sunnah ini tampak semakin relevan dan mengagumkan.
Jejak Sunnah yang Menyelamatkan
Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia makan dengan tangan kanannya dan minum dengan tangan kanannya, karena setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim). Sabda ini sering kita dengar sejak kecil, diajarkan oleh orang tua atau guru mengaji, bahkan mungkin kita ucapkan kepada anak-anak tanpa terlalu memikirkan alasan di baliknya.
Di masa Nabi, kebiasaan ini memang terkait erat dengan adab. Tangan kiri digunakan untuk hal-hal yang dianggap kurang bersih, seperti membersihkan diri setelah buang air, sedangkan tangan kanan untuk hal-hal yang mulia, termasuk makan, memberi salam, atau menerima pemberian. Kebiasaan ini membentuk pola perilaku yang membedakan seorang Muslim dan menanamkan disiplin kebersihan dalam kehidupan sehari-hari.
Mikrobiologi: Mengapa Kanan Lebih Aman
Dalam dunia mikrobiologi, tangan adalah salah satu media utama penyebaran bakteri dan virus. Penelitian modern menunjukkan bahwa tangan kita bisa menjadi rumah bagi ratusan hingga ribuan jenis mikroorganisme, sebagian di antaranya dapat menyebabkan penyakit. Itulah mengapa WHO menekankan pentingnya mencuci tangan dengan sabun selama minimal 20 detik sebelum makan.
Mengapa kaitannya dengan tangan kanan penting? Dalam kebiasaan sehari-hari, terutama di banyak budaya termasuk di Timur Tengah dan Asia, tangan kiri lebih sering digunakan untuk membersihkan area tubuh setelah buang air. Meski dibersihkan, risiko kontaminasi silang masih ada, apalagi jika kebiasaan mencuci tangan tidak dilakukan dengan benar. Dengan membiasakan makan hanya dengan tangan kanan, kita secara otomatis mengurangi kemungkinan memindahkan kuman dari aktivitas kebersihan pribadi ke makanan yang kita konsumsi.
Bayangkan, dalam satu sentuhan, bakteri E. coli, Salmonella, atau virus seperti Hepatitis A bisa berpindah dari tangan ke makanan. Sunnah ini, yang sudah diajarkan 14 abad lalu, menjadi semacam “filter alami” yang mencegah jalur penularan penyakit.
Bukan Sekadar Ritual, Tapi Mindfulness
Makan dengan tangan kanan juga membawa dimensi mindfulness kesadaran penuh dalam melakukan sesuatu. Saat kita memilih tangan kanan untuk makan, kita melibatkan kesadaran akan tindakan itu. Rasulullah ﷺ pernah menasihati seorang anak muda: “Wahai anak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari yang dekat denganmu.” Nasihat ini sederhana tapi kaya makna: mengawali dengan basmalah untuk mengingat Allah, menggunakan tangan kanan untuk menghormati makanan, dan makan dari sisi terdekat sebagai bentuk kesopanan.
Kesadaran ini membantu kita mengubah aktivitas makan menjadi ibadah. Kita tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga menanamkan rasa syukur dan hormat terhadap rezeki yang Allah berikan.
Kaitan dengan Keberkahan
Dalam sunnah lain, Rasulullah ﷺ menganjurkan makan dengan tiga jari ibu jari, telunjuk, dan jari tengah terutama ketika makan makanan kering seperti kurma atau roti. Setelah makan, beliau menjilat jari-jarinya sebelum mencuci tangan. Alasannya? “Kalian tidak tahu di bagian mana keberkahan itu berada.”
Jika dilihat dari sisi mikrobiologi, jari-jari yang bersentuhan langsung dengan makanan membawa sisa makanan yang masih layak dikonsumsi. Di sisi spiritual, tindakan ini adalah bentuk penghargaan terhadap nikmat Allah: tidak menyia-nyiakan makanan walau sedikit.
Sunnah yang Menjaga Identitas
Ketika sunnah ini diterapkan secara konsisten, ia menjadi bagian dari identitas seorang Muslim. Bahkan, dalam riwayat lain, Nabi ﷺ pernah menegur seseorang yang tetap makan dengan tangan kiri padahal sudah diperingatkan. Teguran itu disertai doa agar orang tersebut kesulitan menggunakan tangan kirinya untuk makan di kemudian hari sebuah bentuk penekanan betapa pentingnya adab ini dalam Islam.
Penerapan sunnah ini juga menjadi bentuk pembeda yang positif. Dalam masyarakat global yang serba cepat dan praktis, kebiasaan makan dengan tangan kanan (bahkan kadang langsung dengan tangan) bisa menjadi ajakan untuk kembali pada kesadaran, kebersihan, dan rasa syukur.
Relevansi di Era Modern
Di era modern, kebiasaan makan dengan tangan kanan masih tetap relevan meski banyak orang menggunakan sendok, garpu, atau sumpit. Prinsipnya bukan sekadar “menyentuh makanan dengan tangan kanan”, tapi memastikan tangan kanan adalah simbol kebersihan, penghormatan, dan kepatuhan pada ajaran Nabi ﷺ. Bahkan ketika menggunakan alat makan, sunnah tetap dianjurkan memegang sendok atau garpu dengan tangan kanan.
Sains modern pun mendukung. Penelitian yang dipublikasikan di Journal of Food Protection menunjukkan bahwa tangan yang dominan (yang lebih sering digunakan) cenderung memiliki tingkat kebersihan lebih tinggi, karena lebih sering diperhatikan dan dibersihkan. Ini selaras dengan kebiasaan Nabi ﷺ yang mengutamakan tangan kanan dalam aktivitas penting.
Dari Meja Makan ke Hati
Makan dengan tangan kanan bukanlah sekadar aturan kaku atau simbol identitas, melainkan praktik yang menghubungkan tubuh, akal, dan hati. Ia mengajarkan kita untuk menjaga kebersihan, menghargai makanan, menghidupkan sunnah, dan menyadari keberkahan yang ada di setiap suapan.
Di balik gerakan sederhana itu, ada sejarah panjang, ajaran luhur, dan bukti ilmiah yang saling menguatkan. Maka, setiap kali kita duduk di meja makan, ingatlah bahwa memilih tangan kanan adalah memilih kesehatan, kesopanan, dan keberkahan. Dan mungkin, di situlah rahasia mengapa sunnah ini bertahan dan terus relevan: karena ia mengajarkan kita bahwa yang kecil sekalipun, jika dilakukan dengan niat dan kesadaran, bisa membawa kebaikan besar baik untuk tubuh, jiwa, maupun hubungan kita dengan Sang Pemberi Rezeki























